Nugraha Setiawan
Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Padjadjaran
Penganggur baru di pedesaan proporsinya lebih sedikit dibandingkan dengan di perkotaan, walau perbedaannya tidak terlampau jomplang. Kondisi ini berbeda dengan penganggur ulangan yang pernah bekerja, dimana proporsi mereka yang berada di daerah pedesaan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan di perkotaan.
Jika dilihat dari struktur umur, penganggur baru lebih didominasi oleh mereka yang berumur muda, dibandingkan dengan penganggur yang pernah bekerja. Keadaan tersebut terlihat sama, baik di pedesaan maupun perkotaan. Sedangkan, jika ditinjau dari aspek tingkat pendidikan, penganggur baru memiliki kualifikasi yang lebih bagus dari para penganggur lama, baik di pedesaan maupun diperkotaan.
Berdasarkan perhitungan tingkat pengangguran, ternyata di wilayah pedesaan tingkat penganggurannya lebih rendah, dibandingkan dengan di perkotaan. Kemungkinan besar diakibatkan banyaknya migran pencari kerja dari pedesaan yang mencari kerja di kota. Dilihat dari struktur umur, tingkat pengangguran yang tinggi berada pada mereka yang berumur muda. Sedangkan dari sisi pendidikan, yang memiliki tingkat pengagguran tinggi adalah pada kelompok SLTP dan SLTA.
Rekomendasi yang bisa disampaikan terhadap kondisi tersebut antara lain: Penanganan masalah pengangguran baru perlu ditangani secara lebih spesifik, karena memiliki karakteristik yang berlainan dengan penganggur yang pernah bekerja. Misalnya mempertimbangkan, bahwa mereka masih belum memiliki pengalaman kerja dan pada umumnya masih muda tetapi lebih berpendidikan.
Supaya tidak menambah beban kota, dengan banyaknya migran pencari kerja yang datang ke perkotaan, perlu dilakukan upaya pengembangan lapangan kerja di pedesaan, antara lain melalui pembangunan agroindustri berskala kecil yang banyak menyerap pekerja. Dengan demikian para penganggur baru tidak mengalir ke perkotaan, dan juga menarik penganggur lain yang berada di kota untuk mau bekerja di pedesaan.
Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Padjadjaran
Penganggur baru di pedesaan proporsinya lebih sedikit dibandingkan dengan di perkotaan, walau perbedaannya tidak terlampau jomplang. Kondisi ini berbeda dengan penganggur ulangan yang pernah bekerja, dimana proporsi mereka yang berada di daerah pedesaan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan di perkotaan.
Jika dilihat dari struktur umur, penganggur baru lebih didominasi oleh mereka yang berumur muda, dibandingkan dengan penganggur yang pernah bekerja. Keadaan tersebut terlihat sama, baik di pedesaan maupun perkotaan. Sedangkan, jika ditinjau dari aspek tingkat pendidikan, penganggur baru memiliki kualifikasi yang lebih bagus dari para penganggur lama, baik di pedesaan maupun diperkotaan.
Berdasarkan perhitungan tingkat pengangguran, ternyata di wilayah pedesaan tingkat penganggurannya lebih rendah, dibandingkan dengan di perkotaan. Kemungkinan besar diakibatkan banyaknya migran pencari kerja dari pedesaan yang mencari kerja di kota. Dilihat dari struktur umur, tingkat pengangguran yang tinggi berada pada mereka yang berumur muda. Sedangkan dari sisi pendidikan, yang memiliki tingkat pengagguran tinggi adalah pada kelompok SLTP dan SLTA.
Rekomendasi yang bisa disampaikan terhadap kondisi tersebut antara lain: Penanganan masalah pengangguran baru perlu ditangani secara lebih spesifik, karena memiliki karakteristik yang berlainan dengan penganggur yang pernah bekerja. Misalnya mempertimbangkan, bahwa mereka masih belum memiliki pengalaman kerja dan pada umumnya masih muda tetapi lebih berpendidikan.
Supaya tidak menambah beban kota, dengan banyaknya migran pencari kerja yang datang ke perkotaan, perlu dilakukan upaya pengembangan lapangan kerja di pedesaan, antara lain melalui pembangunan agroindustri berskala kecil yang banyak menyerap pekerja. Dengan demikian para penganggur baru tidak mengalir ke perkotaan, dan juga menarik penganggur lain yang berada di kota untuk mau bekerja di pedesaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar