Economic woes are affecting where people shop for meat as well as the kind of cut, brand and quantity purchased.
The recession is being felt throughout the grocery store, and especially in the meat department, according to a joint study by the American Meat Institute and the Food Marketing Institute.
Economic woes are affecting where people shop for meat as well as the kind of cut, brand and quantity purchased, found the “Power of Meat” study. While shoppers are eating out less and cooking more, they are also trading down, substituting and eliminating, resulting in the overall spending amount remaining roughly the same, at $91 per week. While grocery expenses may be relatively unchanged, the way shoppers are spending is not. The study found that at least half are using coupons whenever possible, buying only what they need and switching from national brands to store brands. Other popular measures include resisting luxury foods and buying items on sale.
More on the Watt Poultry Com site
Source: Watt Poultry Com, 09 March 2009
Tampilkan postingan dengan label Protein Hewani. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Protein Hewani. Tampilkan semua postingan
16 Maret 2009
01 September 2008
The Trend of Animal Protein Consumption in Indonesia: Data Analysis of 2002-2005 National Socio Economic Survey
Nugraha Setiawan
Jurnal Ilmu Ternak, Vol.6, No.1, pp.68-74
Abstract
The study is aimed at analyzing trend of animal protein consumption in Indonesia from 2002 to 2006, by carrying out indepth study on animal protein source. Secondary data analysis approach was used in this study. The data was analyzed by a descriptive statistical analysis. The result of the study showed there is a tendency of increasing on protein consumption in Indonesia. However if we take look at its source, animal protein consumption still has not been provided enough yet. Most of consumed animal protein was from fishery product, even though there was an increasing tendency of protein concumption from livestock product. Initially, the source of consumed protein was from milk and egg but then its turned to meet.
Keywords: consumption, animal protein.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan mengkaji perkembangan konsumsi protein hewani di Indonesia antara tahun 2002-2005, dengan melakukan pendalaman pada sumber protein asal ternak. Metode studi memakai pendekatan penelaahan data sekunder, dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan, telah terjadi peningkatan konsumsi protein. Namun jika dilihat dari sumbernya, konsumsi protein hewani masih kurang memadai. Sebagian besar protein hewani yang dikonsumsi berasal dari produk perikanan, walaupun ada kecenderungan konsumsi protein yang berasal dari produk peternakan semakin meningkat. Pada awalnya, yang lebih banyak dikonsumsi adalah protein yang berasal dari telur dan susu, tetapi kemudian berubah menjadi lebih banyak bersumber dari daging.
Kata Kunci: konsumsi, protein hewani.
Jurnal Ilmu Ternak, Vol.6, No.1, pp.68-74
Abstract
The study is aimed at analyzing trend of animal protein consumption in Indonesia from 2002 to 2006, by carrying out indepth study on animal protein source. Secondary data analysis approach was used in this study. The data was analyzed by a descriptive statistical analysis. The result of the study showed there is a tendency of increasing on protein consumption in Indonesia. However if we take look at its source, animal protein consumption still has not been provided enough yet. Most of consumed animal protein was from fishery product, even though there was an increasing tendency of protein concumption from livestock product. Initially, the source of consumed protein was from milk and egg but then its turned to meet.
Keywords: consumption, animal protein.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan mengkaji perkembangan konsumsi protein hewani di Indonesia antara tahun 2002-2005, dengan melakukan pendalaman pada sumber protein asal ternak. Metode studi memakai pendekatan penelaahan data sekunder, dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan, telah terjadi peningkatan konsumsi protein. Namun jika dilihat dari sumbernya, konsumsi protein hewani masih kurang memadai. Sebagian besar protein hewani yang dikonsumsi berasal dari produk perikanan, walaupun ada kecenderungan konsumsi protein yang berasal dari produk peternakan semakin meningkat. Pada awalnya, yang lebih banyak dikonsumsi adalah protein yang berasal dari telur dan susu, tetapi kemudian berubah menjadi lebih banyak bersumber dari daging.
Kata Kunci: konsumsi, protein hewani.
31 Agustus 2008
Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah
Nugraha Setiawan
Poultry Indonesia, edisi Juli 2006
Dibandingkan dengan bahan makanan sumber karbohidrat, biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan makanan sumber protein relatif lebih mahal. Akan tetapi bahan makanan sumber protein harus tersedia dalam menu makanan sehari-hari, agar tubuh kita memperoleh asupan gizi yang seimbang. Kecukupan konsumsi protein akan menjadi masalah, manakala banyak keluarga dengan tingkat perekonomian yang terbatas tidak mampu menyediakan protein yang optimal dalam menu makanan sehari-hari bagi keluarganya.
Kecukupan konsumsi protein, tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan. Banyak literatur menyatakan konsumsi protein sangat berkaitan dengan tingkat intelegensia. Artinya, untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu hal yang harus menjadi perhatian yaitu memenuhi kebutuhan akan protein.
Protein Berkualitas
Dilihat dari sumbernya, ada dua macam protein yang biasa dikonsumsi manusia. Pertama, protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kedua, protein hewani yang berasal dari hewan ternak dan hasil perikanan. Dari sudut pandang gizi dan ekonomi, kedua macam protein tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Protein nabati harganya relatif murah, namun asam amino esensial yang dikandungnya kurang lengkap. Sementara protein hewani walaupun relatif mahal, kandungan asam amino esensialnya lebih lengkap. Dengan demikian, jika dilihat dari kualitasnya, protein hewani bisa disebut lebih bermutu dibandingkan dengan protein nabati, tetapi harganya mahal. Sedangkan protein nabati harganya murah, tetapi kualitasnya tidak sebaik protein hewani.
Asam amino esensial adalah substansi protein yang diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi tubuh tidak dapat mensintesa sendiri, sehingga harus dikonsumsi dari luar dalam bentuk makanan. Mengingat hal tersebut, maka penyediaan protein nabati dan hewani perlu dikombinasikan, agar tubuh memperoleh asupan protein berkualitas tetapi biaya yang dikeluarkan untuk membeli makanan tidak terlampau besar.
Berkualitas tapi Murah
Perkiraan kasar kebutuhan manusia akan protein sekitar satu gram per kg berat badan per hari. Seseorang yang memiliki berat badan 60 kg, perlu mengkonsumsi protein 60 gram per hari. Sediaoetama (2000) dalam bukunya “Ilmu Gizi” mengemukakan, dari total kebutuhan protein, sekitar 20-40% atau kalau dirata-ratakan sekitar 30% disarankan untuk disuplay dari sumber protein hewani, antara lain daging, telur, dan susu, agar asam amino esensialnya menjadi lengkap.
Sebuah keluarga yang terdiri atas ayah (70 kg), ibu (50 kg), anak ke-1 (50 kg), dan anak ke-2 (30 kg), berat badan total keluarga tersebut adalah 210 kg. Berarti kebutuhan protein keluarga tersebut adalah 210 gram per hari, yang terdiri atas 140 gram protein nabati + 70 gram protein hewani. Jika kebutuhan protein hewani hanya akan dicukupi oleh daging sapi yang memiliki kandungan protein sekitar 19,8%, artinya agar keluarga tersebut tercukupi kebutuhan protein hewaninya diperlukan daging sapi seberat 3,5 ons. Kalau harga daging sapi Rp 45.000,-/kg, maka uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi asupan sumber protein hewani setara dengan Rp. 15.750,-/hari.
Untuk mengetahui sumber protein hewani yang murah, diperlukan informasi mengenai kandungan protein dari tiap jenis bahan pangan hewani, serta harganya setiap satuan berat atau volume. Daging sapi meskipun memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, namun harganya jauh di atas daging ayam dan telur, sehingga harga persatuan berat protein jatuhnya tetap menjadi mahal. Susu murni, yang memiliki harga persatuan volume/berat paling murah jika dibandingkan dengan daging dan telur, karena kandungan proteinnya sedikit, maka harga protein persatuan beratnya juga relatif mahal dibandingkan daging ayam dan telur.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh penulis, ternyata harga per satuan berat protein yang berasal dari daging dan telur ayam, adalah yang paling murah jika dibandingkan dengan protein hewani yang berasal dari bahan makanan asal ternak lainnya. Harga protein daging ayam hanya Rp 71,-/gram, bahkan protein telur ayam jatuhnya hanya Rp 63,-/gram. Sementara harga protein susu sapi murni adalah Rp 156,-/ gram, dan harga protein daging sapi adalah yang termahal Rp 220,-/gram.
Dalam keadaan perekonomian keluarga yang terbatas, sementara agar sehat perlu tetap mengkonsumsi protein hewani, daging dan telur ayam menjadi prioritas pilihan yang paling layak sebagai sumber protein hewani bagi keluarga. Hanya saja perlu dipertimbangkan variasi masakan yang dibuat dari daging dan telur ayam, agar tetap memenuhi selera untuk dikonsumsi dalam menu sehari-hari tanpa rasa bosan.
Poultry Indonesia, edisi Juli 2006
Dibandingkan dengan bahan makanan sumber karbohidrat, biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan makanan sumber protein relatif lebih mahal. Akan tetapi bahan makanan sumber protein harus tersedia dalam menu makanan sehari-hari, agar tubuh kita memperoleh asupan gizi yang seimbang. Kecukupan konsumsi protein akan menjadi masalah, manakala banyak keluarga dengan tingkat perekonomian yang terbatas tidak mampu menyediakan protein yang optimal dalam menu makanan sehari-hari bagi keluarganya.
Kecukupan konsumsi protein, tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan. Banyak literatur menyatakan konsumsi protein sangat berkaitan dengan tingkat intelegensia. Artinya, untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu hal yang harus menjadi perhatian yaitu memenuhi kebutuhan akan protein.
Protein Berkualitas
Dilihat dari sumbernya, ada dua macam protein yang biasa dikonsumsi manusia. Pertama, protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kedua, protein hewani yang berasal dari hewan ternak dan hasil perikanan. Dari sudut pandang gizi dan ekonomi, kedua macam protein tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Protein nabati harganya relatif murah, namun asam amino esensial yang dikandungnya kurang lengkap. Sementara protein hewani walaupun relatif mahal, kandungan asam amino esensialnya lebih lengkap. Dengan demikian, jika dilihat dari kualitasnya, protein hewani bisa disebut lebih bermutu dibandingkan dengan protein nabati, tetapi harganya mahal. Sedangkan protein nabati harganya murah, tetapi kualitasnya tidak sebaik protein hewani.
Asam amino esensial adalah substansi protein yang diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi tubuh tidak dapat mensintesa sendiri, sehingga harus dikonsumsi dari luar dalam bentuk makanan. Mengingat hal tersebut, maka penyediaan protein nabati dan hewani perlu dikombinasikan, agar tubuh memperoleh asupan protein berkualitas tetapi biaya yang dikeluarkan untuk membeli makanan tidak terlampau besar.
Berkualitas tapi Murah
Perkiraan kasar kebutuhan manusia akan protein sekitar satu gram per kg berat badan per hari. Seseorang yang memiliki berat badan 60 kg, perlu mengkonsumsi protein 60 gram per hari. Sediaoetama (2000) dalam bukunya “Ilmu Gizi” mengemukakan, dari total kebutuhan protein, sekitar 20-40% atau kalau dirata-ratakan sekitar 30% disarankan untuk disuplay dari sumber protein hewani, antara lain daging, telur, dan susu, agar asam amino esensialnya menjadi lengkap.
Sebuah keluarga yang terdiri atas ayah (70 kg), ibu (50 kg), anak ke-1 (50 kg), dan anak ke-2 (30 kg), berat badan total keluarga tersebut adalah 210 kg. Berarti kebutuhan protein keluarga tersebut adalah 210 gram per hari, yang terdiri atas 140 gram protein nabati + 70 gram protein hewani. Jika kebutuhan protein hewani hanya akan dicukupi oleh daging sapi yang memiliki kandungan protein sekitar 19,8%, artinya agar keluarga tersebut tercukupi kebutuhan protein hewaninya diperlukan daging sapi seberat 3,5 ons. Kalau harga daging sapi Rp 45.000,-/kg, maka uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi asupan sumber protein hewani setara dengan Rp. 15.750,-/hari.
Untuk mengetahui sumber protein hewani yang murah, diperlukan informasi mengenai kandungan protein dari tiap jenis bahan pangan hewani, serta harganya setiap satuan berat atau volume. Daging sapi meskipun memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, namun harganya jauh di atas daging ayam dan telur, sehingga harga persatuan berat protein jatuhnya tetap menjadi mahal. Susu murni, yang memiliki harga persatuan volume/berat paling murah jika dibandingkan dengan daging dan telur, karena kandungan proteinnya sedikit, maka harga protein persatuan beratnya juga relatif mahal dibandingkan daging ayam dan telur.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh penulis, ternyata harga per satuan berat protein yang berasal dari daging dan telur ayam, adalah yang paling murah jika dibandingkan dengan protein hewani yang berasal dari bahan makanan asal ternak lainnya. Harga protein daging ayam hanya Rp 71,-/gram, bahkan protein telur ayam jatuhnya hanya Rp 63,-/gram. Sementara harga protein susu sapi murni adalah Rp 156,-/ gram, dan harga protein daging sapi adalah yang termahal Rp 220,-/gram.
Dalam keadaan perekonomian keluarga yang terbatas, sementara agar sehat perlu tetap mengkonsumsi protein hewani, daging dan telur ayam menjadi prioritas pilihan yang paling layak sebagai sumber protein hewani bagi keluarga. Hanya saja perlu dipertimbangkan variasi masakan yang dibuat dari daging dan telur ayam, agar tetap memenuhi selera untuk dikonsumsi dalam menu sehari-hari tanpa rasa bosan.
11 Mei 2008
Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia (Analisis Hasil Susenas 1999-2004)
Nugraha Setiawan
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Mencermati perkembangan konsumsi protein penduduk Indonesia hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional antara tahun 1999-2004 memberikan gambaran, bahwa dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi peningkatan konsumsi protein.
Secara kuantitas jumlah protein yang dikonsumsi telah melebihi kebutuhan yang dianjurkan. Jika dilihat dari sumbernya, sebagian besar konsumsi protein masih disuplay oleh protein nabati. Sementara konsumsi protein hewani masih kurang memadai, dan protein hewani yang dikonsumsi masih dibawah proporsi yang dianjurkan.
Sumber protein hewani yang dikonsumsi sebagian besar berasal dari produk perikanan, tetapi ada kecenderungan konsumsi protein dari ikan semakin berkurang sementara konsumsi protein yang berasal dari produk peternakan semakin meningkat.
Tren konsumsi protein hewani yang berasal dari produk ternak telah mengalami perubahan. Pada awalnya, yang lebih banyak dikonsumsi, protein yang berasal dari telur dan susu, tetapi kemudian berubah menjadi lebih banyak berasal dari daging terutama oleh daging ayam broiler yang harganya relatif murah dan tidak terlalu jauh berbeda dari harga telur.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat direkomendasikan, konsumsi protein hewani masih perlu ditingkatkan, sebab angkanya masih di bawah dari proporsi yang dianjurkan. Proporsi protein hewani yang sebaiknya dikonsumsi, berada pada kisaran 30 persen dari total konsumsi protein.
Dilihat dari struktur konsumsi protein hewani, dan melihat tren konsumsi yang terjadi, terlihat ada peluang untuk lebih meningkatkan penyediaan protein hewani asal ternak, terutama daging ayam broiler yang harganya relatif murah. Hal ini merupakan potensi sektor peternakan untuk dapat lebih meningkatkan produksinya.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Mencermati perkembangan konsumsi protein penduduk Indonesia hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional antara tahun 1999-2004 memberikan gambaran, bahwa dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi peningkatan konsumsi protein.
Secara kuantitas jumlah protein yang dikonsumsi telah melebihi kebutuhan yang dianjurkan. Jika dilihat dari sumbernya, sebagian besar konsumsi protein masih disuplay oleh protein nabati. Sementara konsumsi protein hewani masih kurang memadai, dan protein hewani yang dikonsumsi masih dibawah proporsi yang dianjurkan.
Sumber protein hewani yang dikonsumsi sebagian besar berasal dari produk perikanan, tetapi ada kecenderungan konsumsi protein dari ikan semakin berkurang sementara konsumsi protein yang berasal dari produk peternakan semakin meningkat.
Tren konsumsi protein hewani yang berasal dari produk ternak telah mengalami perubahan. Pada awalnya, yang lebih banyak dikonsumsi, protein yang berasal dari telur dan susu, tetapi kemudian berubah menjadi lebih banyak berasal dari daging terutama oleh daging ayam broiler yang harganya relatif murah dan tidak terlalu jauh berbeda dari harga telur.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat direkomendasikan, konsumsi protein hewani masih perlu ditingkatkan, sebab angkanya masih di bawah dari proporsi yang dianjurkan. Proporsi protein hewani yang sebaiknya dikonsumsi, berada pada kisaran 30 persen dari total konsumsi protein.
Dilihat dari struktur konsumsi protein hewani, dan melihat tren konsumsi yang terjadi, terlihat ada peluang untuk lebih meningkatkan penyediaan protein hewani asal ternak, terutama daging ayam broiler yang harganya relatif murah. Hal ini merupakan potensi sektor peternakan untuk dapat lebih meningkatkan produksinya.
Langganan:
Postingan (Atom)